Sejarah Perang Salib menurut IslamPOS

Perang Salib; Bagaimana
Permulaan & Akhirnya



Rabu 25 Rabiulawal 1434 / 6 Februari
2013 15:56
SAMPAI abad ke-11 M, di bawah
pemerintahan kaum Muslimin, Palestina
merupakan kawasan yang tertib dan
damai. Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan
Islam hidup bersama. Kondisi ini tercipta
sejak masa Khalifah Umar bin Khattab
(638 M) yang berhasil merebut daerah ini
dari kekaisaran Byzantium (Romawi Timur).
Namun kedamaian itu seolah lenyap
ditelan bumi begitu Tentara Salib datang
melakukan invasi.
Ceritanya bermula ketika orang-orang
kekhalifahan Turki Utsmani merebut
Anatolia (Asia Kecil, sekarang termasuk
wilayah Turki) dari kekuasaan Alexius I.
Petinggi kaum Kristen itu segera minta
tolong kepada Paus Urbanus II, guna
merebut kembali wilayah itu dari
cengkeraman kaum yang mereka sebut
“orang kafir”.
Paus Urbanus II segera memutuskan untuk
mengadakan ekspedisi besar-besaran
yang ambisius (27 November 1095). Tekad
itu makin membara setelah Paus menerima
laporan bahwa Khalifah Abdul Hakim-yang
menguasai Palestina saat itu-menaikkan
pajak ziarah ke Palestina bagi orang-
orang Kristen Eropa. “Ini perampokan!
Oleh karena itu, tanah suci Palestina harus
direbut kembali,” kata Paus.
Perang melawan kaum Muslimin
diumumkan secara resmi pada tahun 1096
oleh Takhta Suci Roma. Paus juga
mengirim surat ke semua raja di seluruh
Eropa untuk ikut serta. Mereka dijanjikan
kejayaan, kesejahteraan, emas, dan tanah
di Palestina, serta surga bagi para ksatria
yang mau berperang.
Paus juga meminta anggota Konsili
Clermont di Prancis Selatan-terdiri atas
para uskup, kepala biara, bangsawan,
ksatria, dan rakyat sipil-untuk memberikan
bantuan. Paus menyerukan agar bangsa
Eropa yang bertikai segera bersatu padu
untuk mengambil alih tanah suci Palestina.
Hadirin menjawab dengan antusias, “Deus
Vult!” (Tuhan menghendakinya!)
Dari pertemuan terbuka itu ditetapkan juga
bahwa mereka akan pergi perang dengan
memakai salib di pundak dan baju. Dari
sinilah bermula sebutan Perang Salib
(Crusade). Paus sendiri menyatakan
ekspedisi ini sebagai “Perang Demi Salib”
untuk merebut tanah suci.
Mobilisasi massa Paus menghasilkan
sekitar 100.000 serdadu siap tempur.
Anak-anak muda, bangsawan, petani,
kaya dan miskin memenuhi panggilan
Paus. Peter The Hermit dan Walter
memimpin kaum miskin dan petani. Namun
mereka dihancurkan oleh Pasukan Turki
suku Seljuk di medan pertempuran
Anatolia ketika perjalanan menuju Baitul
Maqdis (Yerusalem).
Tentara Salib yang utama berasal dari
Prancis, Jerman, dan Normandia (Prancis
Selatan). Mereka dikomandani oleh
Godfrey dan Raymond (dari Prancis),
Bohemond dan Tancred (keduanya orang
Normandia), dan Robert Baldwin dari
Flanders (Belgia). Pasukan ini berhasil
menaklukkan kaum Muslimin di medan
perang Antakiyah (Syria) pada tanggal 3
Juni 1098.
Sepanjang perjalanan menuju Palestina,
Tentara Salib membantai orang-orang
Islam. Tentara Jerman juga membunuhi
orang-orang Yahudi. Rombongan besar ini
akhirnya sampai di Baitul Maqdis pada
tahun 1099. Mereka langsung melancarkan
pengepungan, dan tak lupa melakukan
pembantaian. Sekitar lima minggu
kemudian, tepatnya 15 Juli 1099, mereka
berhasil merebut Baitul Maqdis dari tangan
kaum Muslimin. Kota ini akhirnya dijadikan
ibukota Kerajaan Katolik yang terbentang
dari Palestina hingga Antakiyah.
Sejarawan Inggris, Karen Armstrong,
menggambarkan, pada tanggal 2 Oktober
1187, Shalahuddin Al Ayyubi dan
tentaranya memasuki Baitul Maqdis
sebagai penakluk yang berpegang teguh
pada ajaran Islam yang mulia. Tidak ada
dendam untuk membalas pembantaian
tahun 1099, seperti yang dianjurkan Al-
Qur`an dalam surat An-Nahl ayat 127:
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan
tiadalah kesabaran itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah kamu
bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka
dan janganlah kamu bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan.”
Permusuhan dihentikan dan Shalahuddin
menghentikan pembunuhan. Ini sesuai
dengan firman dalam Al-Qur`an: “Dan
perangilah mereka sehingga tidak ada
fitnah lagi dan agama itu hanya untuk
Allah. Jika mereka berhenti (memusuhi
kamu), maka tidak ada permusuhan lagi,
kecuali terhadap orang-orang yang
zhalim.” (Al-Baqarah: 193)
Tak ada satu orang Kristen pun yang
dibunuh dan tidak ada perampasan.
Jumlah tebusan pun disengaja sangat
rendah. Shalahuddin bahkan menangis
tersedu-sedu karena keadaan
mengenaskan keluarga-keluarga yang
hancur terpecah-belah. Ia membebaskan
banyak tawanan, meskipun menyebabkan
keputusasaan bendaharawan negaranya
yang telah lama menderita. Saudara
lelakinya, Al-Malik Al-Adil bin Ayyub, juga
sedih melihat penderitaan para tawanan
sehingga dia meminta Salahuddin untuk
membawa seribu orang di antara mereka
dan membebaskannya saat itu juga.
Beberapa pemimpin Muslim sempat
tersinggung karena orang-orang Kristen
kaya melarikan diri dengan membawa
harta benda, yang sebenarnya bisa
digunakan untuk menebus semua tawanan.
[Uskup] Heraclius membayar tebusan
dirinya sebesar sepuluh dinar seperti
halnya tawanan lain, dan bahkan diberi
pengawal pribadi untuk mempertahankan
keselamatan harta bendanya selama
perjalanan ke Tyre (Libanon).
Shalahuddin meminta agar semua orang
Nasrani Latin (Katolik) meninggalkan Baitul
Maqdis. Sementara kalangan Nasrani
Ortodoks–bukan bagian dari Tentara
Salib-tetap dibiarkan tinggal dan
beribadah di kawasan itu.
Kaum Salib segera mendatangkan bala
bantuan dari Eropa. Datanglah pasukan
besar di bawah komando Phillip Augustus
dan Richard “Si Hati Singa”.
Pada tahun 1194, Richard yang
digambarkan sebagai seorang pahlawan
dalam sejarah Inggris, memerintahkan
untuk menghukum mati 3000 orang Islam,
yang kebanyakan di antaranya wanita-
wanita dan anak-anak. Tragedi ini
berlangsung di Kastil Acre. Meskipun
orang-orang Islam menyaksikan
kekejaman ini, mereka tidak pernah
memilih cara yang sama.
Suatu hari, Richard sakit keras.
Mendengar kabar itu, Shalahuddin secara
sembunyi-sembunyi berusaha
mendatanginya. Ia mengendap-endap ke
tenda Richard. Begitu tiba, bukannya
membunuh, malah dengan ilmu kedokteran
yang hebat Shalahudin mengobati Richard
hingga akhirnya sembuh.
Richard terkesan dengan kebesaran hati
Shalahuddin. Ia pun menawarkan damai
dan berjanji akan menarik mundur pasukan
Kristen pulang ke Eropa. Mereka pun
menandatangani perjanjian damai (1197).
Dalam perjanjian itu, Shalahuddin
membebaskan orang Kristen untuk
mengunjungi Palestina, asal mereka
datang dengan damai dan tidak membawa
senjata. Selama delapan abad berikutnya,
Palestina berada di bawah kendali kaum
Muslimin.
***
Perang Salib IV berlangsung tahun 1204.
Bukan antara Islam dan Kristen, melainkan
antara Takhta Suci Katolik Roma dengan
Takhta Kristen Ortodoks Romawi Timur di
Konstantinopel (sekarang Istambul, Turki).
Pada Perang Salib V berlangsung tahun
1218-1221. Orang-orang Kristen yang
sudah bersatu berusaha menaklukkan
Mesir yang merupakan pintu masuk ke
Palestina. Tapi upaya ini gagal total.
Kaisar Jerman, Frederick II (1194-1250),
mengobarkan Perang Salib VI, tapi tanpa
pertempuran yang berarti. Ia lebih memilih
berdialog dengan Sultan Mesir, Malik Al-
Kamil, yang juga keponakan Shalahuddin.
Dicapailah Kesepakatan Jaffa. Isinya,
Baitul Maqdis tetap dikuasai oleh Muslim,
tapi Betlehem (kota kelahiran Nabi Isa
‘alaihis-salaam) dan Nazareth (kota
tempat Nabi Isa dibesarkan) dikuasai
orang Eropa-Kristen.
Dua Perang Salib terakhir (VII dan VIII)
dikobarkan oleh Raja Prancis, Louis IX
(1215-1270). Tahun 1248 Louis menyerbu
Mesir tapi gagal dan ia menjadi tawanan.
Prancis perlu menebus dengan emas yang
sangat banyak untuk membebaskannya.
Tahun 1270 Louis mencoba membalas
kekalahan itu dengan menyerang Tunisia.
Namun pasukannya berhasil dikalahkan
Sultan Dinasti Mamaluk, Bibars. Louis
meninggal di medan perang.
Sampai di sini periode Perang Salib
berakhir. Namun, beberapa sejarawan
Katholik menganggap bahwa penaklukan
Konstantinopel oleh Sultan Muhammad II
Al-Fatih dari Turki (1453) juga sebagai
Perang Salib. Penaklukan Islam oleh Ratu
Spanyol, Isabella (1492), juga dianggap
Perang Salib. [sumber: globalkhilafah]

Penulis : Unknown ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Sejarah Perang Salib menurut IslamPOS ini dipublish oleh Unknown pada hari Senin, 30 Juni 2014. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Sejarah Perang Salib menurut IslamPOS
 

0 komentar:

Posting Komentar