Kisah Ali bin Abu Thalib Dengan Pedang Zulfikar





Kisah Ali bin Abu Thalib Dengan
Pedang Zulfikar Membela Islam
Kisah Sahabat Nabi, Ali bin Abu Thalib
Dengan Pedang Zulfikar
"Tidak ada pedang, setajam pedang
Zulfikar dan tidak ada pemuda yang
setangguh Ali bin Abu Thalib "Demikianlah
slogan yang selalu didengung-dengungkan
oleh kaum muslimin ketika perang Uhud
yang mengerikan itu tengah berlangsung.
Dalam perang tersebut, Ali bin Abu Thalib
memperlihatkan ketangguhannya sebagai
seorang pahlawan islam yang gagah
perkasa. Ia di kenal sebagai jagoan bangsa
Arab yang memiliki keterampilan
memainkan pedang dengan tangguh.
Sementara itu, baju besi yang dimilikinya
berbentuk tubuh bagian depan di kedua sisi,
dan tidak ada bagian belakangnya. Ketika
di tanya, "Mengapa baju besimu itu tidak
dibuatkan bagian belakangnya, Hai Abu
Husein? "Maka Ali bin Abu Thalib akan
menjawabnya dengan mudah, "Kalau
seandainya aku menghadapi musuhku dari
belakang, niscaya aku akan binasa. "
Ketika terjadi perang Badar antara kaum
muslimin dan kaum kafir Quraisy, di mana
kaum muslimin memperoleh kemenangan
yang telak, maka korban yang berjatuhan
di pihak kaum Quraisy berjumlah tujuh
puluh orang. Konon sepertiga korban yang
tewas dari pihak kaum Quraisy pada
perang badar itu merupakan persembahan
khusus dari Ali bin Abu Thalib dan Hamzah
bin Abdul Muthalib
Sementara itu Amru bin Wud Al 'Amiri,
seorang jawara yang tangguh dari kaum
kafir Quraisy ikut serta dalam perang
Khandak. Dengan angkuhnya ia menari-nari
di atas kudanya sambil memainkan
pedangnya dan mengejek kaum muslimin
seraya berkata, "Hai kaum muslimin,
manakah surga yang telah dijanjikan
kepadamu bahwa orang yang gugur
diantaramu akan masuk kedalamnya? inilah
dia surga yang kini berada di hadapan-mu,
maka sambutlah. "
Namun nyatanya tak ada seorangpun dari
kaum muslimin yang berani maju untuk
menjawab tantangan yang dilontarkan Amru
bin Wud, yang terkenal bengis dan kejam
itu. Tak lama kemudian Ali bin Abu Thalib
pun berdiri dan berkata kepada Rasulullah, "
Ya Rasulullah, kalau Anda mengijinkan,
maka saya akan maju untuk bertarung
melawannya "Rasulullah menjawab," Hai Ali,
Bukankah dia itu Amru bin Wud, jagoan
kaum Quraisy yang ganas itu? "Ali bin Abu
Thalib pun menjawab, "Ya, Saya tahu dia itu
adalah Amru bin wud, akan tetapi bukankah
ia juga manusia seperti kita? "Akhirnya
Rasulullah mengijinkan untuk bertarung
melawannya.
Selang beberapa saat kemudian, Ali bin Abu
Thalib telah maju ke lapangan
pertarungan untuk bertarung melawan Amru
bin Wud. Lalu Amru bertanya seraya
memandang remeh kepadanya, "Siapakah
kamu hai anak muda? "," Aku adalah Ali. "
Amru bin Wud bertanya lagi, "Kamu anak
Abdul Manaf? "," Bukan, Aku anak Abu
Thalib. "Lalu Amru bin Wud berkata," Kamu
jangan maju ke sini hai anak saudaraku!
Kamu masih kecil. Aku hanya menginginkan
orang yang lebih tua darimu, karena aku
pantang menumpahkan darahmu. "Ali bin
Abu Thalib menjawab, "Jangan sombong
dulu hai Amru! Aku akan buktikan bahwa
aku dapat menghancurkan-mu hanya dalam
beberapa detik saja dan aku tidak segan-
segan untuk mengirim-mu ke liang
kubur. "
Betapa marahnya Amru bin Wud mendengar
jawaban Ali bin Abu Thalib itu. Lalu ia turun
dari kuda dan dihunus-nya pedang miliknya
itu ke arah Ali bin Abu Thalib. Sementara
itu Ali bin Abu Thalib menghadapinya
dengan tameng di tangan kirinya.
Tiba-tiba Amru bin Wud meluncurkan
serangannya dengan pedang. Dan Ali pun
menangkis
serangan itu dengan menggunakan
tamengnya yang terbuat dari kulit binatang
sehingga pedang Amru tertancap di tameng
itu. Maka secepat kilat Ali menghantamkan
dengan keras pedang Zulfikar pada
tengkuknya hingga ia tersungkur ke tanah
dan bersimbah darah, dan kaum kafir
Quraisy lainnya yang melihat itu lari
tunggang langgang.
Pada suatu ketika Rasulullah mengutus
pasukan kaum muslim ke wilayah Khaibar
di bawah pimpinan Abu Bakar.
Lalu pasukan tersebut berangkat untuk
menembus benteng pertahanan Khaibar.
Dengan mengerahkan segala daya
kekuatan mereka berusaha membobol
benteng tersebut, namun pintu benteng
tersebut sangat kokoh sehingga sulit
untuk
ditembus-nya.
Keesokan harinya, Rasulullah mengutus
Umar bin Khattab untuk memimpin
tim untuk menaklukkan benteng
tersebut. Dengan semangat yang berkobar-
kobar akhirnya terjadilah peperangan yang
dahsyat antara dua tim bersenjata itu.
Umar terus membangkitkan semangat anak
buahnya agar dapat menguasai benteng
khaibar, namun upaya mereka belum
membuahkan hasil meskipun telah berusaha
sekuat tenaga dan mereka pun pulang
dengan tangan hampa.
Setelah itu Rasulullah SAW bersabda, "Esok
hari aku akan berikan bendera ini kepada
seorang laki-laki yang dicintai Allah dan
Rasulnya. Dan mudah-mudahan Allah akan
membukakan pintu kemenangan bagi kaum
muslimin melalui kedua tangannya,
sedangkan ia sendiri bukan termasuk
seorang pengecut. "
Maka para sahabat bertanya-tanya
"Siapakah laki-laki yang beruntung itu?"
Akhirnya setiap orang dari para sahabat itu
berdoa dan memohon kepada Allah agar
dialah yang di maksud oleh Rasulullah.

Dan keesokkan
harinya
Rasulullah
ternyata
menyerahkan
bendera
kepemimpinan itu
kepada
Ali bin Abu Thalib
yang sedang
menderita
penyakit mata.
Berikutnya
Rasulullah
meludahi kedua
belah matanya
yang sedang
sakit sampai
sembuh seraya
berkata, "Hai Ali,
terimalah
bendera perang
ini dan bawalah
pasukan kaum
muslimin
bersamamu menuju benteng Khaibar
hingga Allah membukakan pintu
kemenangan bagi kaum muslimin. "
Lalu Ali bin Abu Thalib memimpin tim
dan memusatkan pasukannya pada sebuah
batu karang besar dekat benteng guna
menghimpun kekuatan kembali. Tak lama
kemudian ia memberikan komando untuk
bersiap-siap menyerbu ke benteng dan
akhirnya terjadilah perang yang sengit
antara kaum muslimin dengan orang-orang
yahudi di sana.
Ali bin Abu Thalib memainkan pedang
Zulfikar-nya dengan gesit dan
menghunuskan kepada musuhnya yang
berani menghadang. Tidak ada musuh pun
yang selamat dari kelebatan pedang yang di
genggam Ali. Akan tetapi seorang yahudi
tiba-tiba menghantamkan pedang kearahnya
dengan keras. Secepat kilat di tangkis
serangan itu dengan tamengnya, hingga
terjatuh tamengnya itu. Akhirnya ia raih
sebuah pintu besar yang terbuat dari besi
yang berada di sekitar benteng dan
dijadikan-nya sebagai tameng dari serangan
pedang orang-orang yahudi lainnya. Dan
tetap menggunakan pintu besar itu hingga
perang usai dan kaum muslimin
memperoleh kemenangan.
Abu Rofi 'seorang sahabat yang ikut perang
itu menyatakan, "Aku telah menyaksikan
dengan mata kepalaku sendiri bagaimana
Ali bin Abu Thalib mencabut pintu besi
yang besar itu untuk dijadikan tameng-
nya, Setelah tameng-nya terjatuh dari
tangannya. "Kemudian setelah perang usai,
ada delapan orang laki-laki, salah seorang
diantaranya adalah aku sendiri, yang
berusaha untuk menggotong dan
menempatkan kembali pintu besi itu ke
tempat semula, tetapi mereka tidak mampu
untuk melakukannya karena terlalu berat. "
Tentang Ali Bin Abu Thalib
Ali bin Abu Thalib adalah sepupu Nabi SAW,
Abu Thalib adalah paman Nabi SAW, bin
Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi
Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah,
Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin Abdi
Manaf. Saudara-saudara kandungnya
adalah: Thalib, 'Uqail, Ja'far dan Ummu
Hani.
Dengan demikian, jelaslah, Ali bin Abu
Thalib adalah berdarah Hasyimi dari kedua
ibu-bapaknya. Keluarga Hasyim memiliki
sejarah yang cemerlang dalam masyarakat
Mekkah. Sebelum datangnya Islam,
keluarga Hasyim dikenal sebagai keluarga
yang mulia, penuh kasih sayang, dan
pemegang kepemimpinan masyarakat.
Ibunya adalah Fathimah binti Asad, yang
kemudian menamakannya Haidarah.
Haidarah adalah salah satu nama singa,
sesuai dengan nama ayahnya: Asad (singa).
Fathimah adalah salah seorang wanita yang
sebelumnya beriman dengan Risalah Nabi
Muhammad Saw. Dia pula-lah yang telah
mendidik Nabi Saw, dan menanggung
hidupnya, setelah meninggalnya bapak-ibu
beliau, Abdullah dan Aminah. Dia
kemudian membalas jasanya, dengan
menanggung kehidupan Ali bin Abu Thalib,
untuk meringankan beban pamannya, Abu
Thalib, pada saat mengalami kesulitan
ekonomi. Saat Fathimah (Ibu Ali bin Abu
Thalib) meninggal dunia, Rasulullah Saw
yang mulai mengkafaninya dengan baju
gamisnya, meletakkannya dalam kuburnya,
dan menangisinya, sebagai tangisan
seorang anak atas ibunya. Dan bersabda,
"Semoga Allah SWT memberikan balasan
yang baik bagi ibu asuhku ini. Engkau
adalah orang yang paling baik kepadaku,
setelah pamanku dan almarhumah ibuku.
Dan semoga Allah SWT meridhai-mu. "Dan
karena menghormati beliau kepadanya,
maka beliau menyebutkan anaknya yang
tersayang dengan namanya: Fathimah.
Darinyalah kemudian mengalir nasab beliau
yang mulia, yaitu anak-anaknya: Hasan,
Husein, Zainab al Kubra dan Ummu
Kultsum.
Haidarah adalah nama lain Imam Ali bin Abu
Thalib yang dipilihkan oleh ibunya. Namun
ayahnya menamakannya dengan Ali,
sehingga dia terkenal dengan dua nama
tersebut, meskipun nama Ali kemudian lebih
terkenal.
Sifat Ali Bin Abu Thalib
Ali Bin Abu Thalib tumbuh menjadi anak
yang cepat matang. Di wajahnya tampak
jelas kematangannya, yang juga
menunjukkan kekuatan, dan ketegasan. Saat
ia menginjak usia pemuda, ia segera
berperan penuh dalam dakwah Islam, tidak
seperti yang dilakukan oleh pemuda
seusianya. Contoh yang paling jelas adalah
keikhlasannya untuk menjadi tameng
Rasulullah Saw saat beliau hijrah, dengan
menempati tempat tidur beliau. Ia juga
terlibat dalam peperangan yang hebat,
seperti dalam perang Al Ahzab, dia pula
yang telah menembus benteng Khaibar.
Sehingga dia dijuluki sebagai pahlawan
Islam yang pertama.
Ali bin Abu Thalib adalah seorang dengan
perawakan sedang, antara tinggi dan
pendek. Perutnya agak menonjol.
Pundaknya lebar. Kedua lengannya
berotot, seakan sedang mengendarai singa.
Lehernya berisi. Bulu jenggotnya lebat.
Kepalanya botak, dan berambut di pinggir
kepala. Matanya besar. Wajahnya tampan.
Kulitnya sangat gelap. Postur tubuhnya
tegap dan proporsional. Bangun tubuhnya
kokoh, seakan-akan dari baja. Berisi. Jika
arah
seakan-akan sedang turun dari ketinggian,
seperti berjalannya Rasulullah Saw. Seperti
dideskripsikan dalam kitab Usudul Ghaabah
fi Ma'rifat ash Shahabah: adalah Ali bin Abi
Thalib bermata besar, berkulit hitam,
berotot kokoh, berbadan besar, berjenggot
lebat, bertubuh pendek, amat fasih dalam
berbicara, berani, pantang mundur,
dermawan, pemaaf, lembut dalam
berbicara, dan halus perasaannya.
Jika ia dipanggil untuk berduel dengan
musuh di medan perang, ia segera maju
tanpa gentar, mengambil perlengkapan
perangnya, dan menghunuskan pedangnya.
Untuk kemudian menjatuhkan musuhnya
dalam beberapa langkah. Karena sesekor
singa, ketika ia maju untuk menerkam
mangsanya, ia bergerak dengan cepat
bagai kilat, dan menyergap dengan
tangkas, untuk kemudian membuat korban
tak berkutik.
Tadi adalah sifat-sifat fisiknya. Sedangkan
sifat kejiwaannya, maka itu adalah
sosok yang sempurna, penuh dengan
kemuliaan.
Keberaniannya menjadi perlambang para
ksatria waktu. Setiap kali ia
menghadapi musuh di medan perang, maka
dapat dipastikan ia akan mengalahkannya.
Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau
masuk dalam hal yang syubhat, dan
tidak pernah melalaikan syari'at.
Seorang yang zuhud, dan memilih hidup
dalam kesederhanaan. Ia makan cukup
dengan berlauk-kan cuka, minyak dan roti
kering yang ia patahkan dengan lututnya.
Dan memakai pakaian yang kasar, sekadar
untuk menutupi tubuh di saat panas, dan
menahan dingin di kala udara dingin
menghempas.
Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas.
Dia akan berhati-hati meskipun dalam
sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih
untuk tidak mengatakan dengan terus
terang, jika hal itu akan membawa mudharat
bagi umat. Ia menempatkan hal pada
tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan
seirama dengan rekan-rekan pembawa panji
dakwah, seperti kompatibilitas rincian
air di lautan.
Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang
yang sezaman dengannya melihat ia sedang
bergurau, padahal hal itu adalah suatu
bagian dari sifat kesempurnaan yang melihat
apa yang ada di balik sesuatu, dan
memandang kepada kesempurnaan. Ini
menginginkan agar realitas yang tidak
sempurna berubah menjadi lurus dan
meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan
adalah 'anak' dari kritik. Dan itu adalah
'Anak' dari filsafat. Menurutku, gurauan
yang tepat adalah suatu tanda ketinggian
intelektualitas para tokoh pemikir dalam
sejarah.
Ia terkenal kefasihannya. Sehingga ucapan-
ucapannya mengandung nilai-nilai sastra
Arab yang jernih dan tinggi. Baik dalam
menciptakan peribahasa maupun hikmah.
Ia juga mengutip dari redaksi Al Quran, dan
hadits Rasulullah Saw, sehingga
menambahkan benderang dan semerbak kata-
katanya. Yang membuat dirinya berada di
puncak kefasihan bahasa dan sastra Arab.
Ia sangat loyal terhadap pendidiknya, Nabi-
nya, juga Rabb-nya. Serta berbuat baik
kepada kerabatnya. Sangat mementingkan
istrinya yang pertama, Fathimah az Zahra.
Dan ia selalu berusaha memberikan apa
yang baik dan indah kepada orang yang ia
senangi, kerabatnya atau kenalannya.
Ali Bin Abu Thalib berpendirian teguh,
sehingga menjadi tokoh yang namanya
terpatri dalam sejarah. Tidak mundur
dalam membela prinsip dan sikap.
Sehingga banyak orang yang menuduhnya
bodoh dalam politik, tipu daya bangsa
Arab, dan dalam hal melembutkan sikap
musuh, sehingga kesulitan menjadi
berkurang. Namun, sebenarnya
kemampuannya jauh di atas praduga yang
tidak benar, karena ia tahu apa yang ia
inginkan, dan menginginkan apa yang ia
tahu. Sehingga, di samping
kemanusiaannya, ia seakan-akan adalah
sebuah gunung yang kokoh, yang
mencengkeram bumi.
Menjadi Khalifah
Ketika Ali bin Abu Thalib di angkat menjadi
khalifah ke empat menggantikan Khalifah
Ustman bin Affan, maka ia tidak pernah
melakukan kecurangan atau
penyimpangan dalam pemerintahannya. Ini
tidak pernah melakukan korupsi atau
memakan uang rakyat yang ada di
"Baitul maal." Namun Ia lebih memilih untuk
bekerja sendiri atau menjual harta
benda miliknya sendiri untuk mencukupi
kehidupannya sehari-hari.
Bahkan diceritakan bahwa Ia pernah pergi
ke pasar untuk menawarkan pedangnya
kepada orang-orang yang berada di sana
sambil berkata, "Apakah di antara kalian
yang akan membeli pedangku ini, karena
hari ini aku sedang tidak memiliki uang? "
Kemudian orang-orang balik bertanya
kepadanya, "Bukankah Anda seorang
Khalifah yang memiliki uang banyak ya
Amirul Mukminin? "Lalu Ali pun
menjawab, "Kalau seandainya aku
memiliki uang empat dirham saja, tentu
aku tidak akan menjual pedang
kesayanganku ini. "
Pernah suatu ketika Ali bin Abu Thalib
tengah menangis di mihrab Masjid Nabawi
seraya berkata, "Wahai dunia, janganlah
engkau mampu memperdayai-ku Tapi
perdaya-lah orang-orang selain-ku.
Sungguh aku telah menceraikanmu dari
diriku dan jangan engkau kembali
kepadaku! "
Akhirnya pria yang dicintai Allah dan
Rasul-NYA ini gugur sebagai syahid di
dekat pintu masjid
Kufah pada 17 Ramadhan 40 H, akibat di
tikam dengan pedang beracun di bagian
kening oleh
Abdurrahman bin Muljam, ketika ia akan
melaksanakan salat subuh berjamaah
dengan kaum muslimin.
Namun sejarah telah mencatat
Bahwa Sayyidina Ali Bin Abu Thalib KW
adalah seorang laki-laki yang gagah berani,
tangkas cerdas, dan dicintai Allah dan
Rasul-Nya.
Dikutip dari berbagai sumber. Monster bego
 

Saiyidina Umar Bin Khatab (Singa padang Pasir)



Umar bin Khattab ra terkenal sebagai orang
yang berwatak keras dan bertubuh tegap.
Sering kali pada awalnya (sebelum masuk
Islam) kaum muslimin mendapatkan
perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di
dalam hati Umar sering berkecamuk
perasaan-perasaan yang berlawanan, antara
pengagungannya terhadap ajaran nenek
moyang, kesenangan terhadap hiburan dan
mabuk-mabukan dengan kekagumannya
terhadap ketekunan kaum muslimin serta
bisikan hatinya bahwa bisa jadi apa yang
dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih
baik.
Sampailah kemudian suatu hari, beliau
berjalan dengan pedang terhunus untuk
segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun
di tengah jalan, ia dihadang oleh
Abdullah an-Nahham al-'Adawi seraya
bertanya:
"Hendak kemana engkau ya Umar?",
"Aku akan membunuh Muhammad",
jawabnya.
"Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim
dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh
Muhammad? ",
"Jangan-jangan engkau sudah murtad dan
meninggalkan agama asal-mu? ". Tanya
Umar.
"Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih
mengagetkan dari itu wahai Umar,
sesungguhnya saudara perempuanmu dan
iparmu telah murtad dan telah meninggalkan
agamamu ", kata Abdullah.
Setelah mendengar hal tersebut, Umar
langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu
di dalam rumah tersebut ada Khabbab
bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran
kepada keduanya (Fatimah, saudara
perempuan Umar dan suaminya). Namun
ketika Khabbab merasakan kedatangan
Umar, dia segera bersembunyi di balik
rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi
lembaran al-Quran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah
mendengar bacaan Khabbab, lalu dia
bertanya:
"Suara apakah yang tadi saya dengar dari
kalian? ",
"Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan
kami berdua saja ", jawab mereka
"Pasti kalian telah murtad", kata Umar
dengan geram
"Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika
kebenaran bukan berada pada agamamu? ",
jawab ipar Umar.
Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung
menendangnya dengan keras hingga jatuh
dan berdarah. Fatimah segera memba-
ngunkan suaminya yang berlumuran darah,
namun Fatimah pun ditampar dengan keras
hingga wajahnya berdarah, maka berkata-lah
Fatimah kepada Umar dengan penuh
amarah:
"Wahai Umar, jika kebenaran bukan ada
pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah Rasulullah "
Melihat kondisi saudara perempuannya
dalam kondisi ber-darah, timbul penyesalan
dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia
meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun
Fatimah menolaknya seraya mengatakan
bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak dapat
disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah
bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk
mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut
dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran
tersebut, lalu membaca:
Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia
berkomentar: "Ini adalah nama-nama yang
indah nan suci "
Kemudian beliau terus membaca:
طه
Hingga ayat:
إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعبدني وأقم الصلاة لذكري
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak
ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku "
(QS. Thaha: 14)
Dia mengatakan:
"Betapa indah dan mulianya ucapan ini.
Tunjukkan padaku di mana Muhammad ".
Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art
keluar dari balik rumah, seraya berkata:
"Bergembiralah wahai Umar, saya berharap
bahwa doa Rasulullah SAW pada malam
Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW
berdoa:
"Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah
seorang dari dua orang yang lebih Engkau
cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin
Hisyam ". Rasulullah SAW sekarang berada di
sebuah rumah di kaki bukit Shafa ".
Umar bergegas menuju rumah tersebut
seraya membawa pedangnya. Tiba di sana
dia mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada
di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat
celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab
datang dengan garang bersama pedangnya.
Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan
merekapun berkumpul. Hamzah bertanya:
"Ada apa?".
"Umar" Jawab mereka.
"Umar?!, Bukakan pintu untuknya, jika dia
datang membawa kebaikan, kita sambut.
Tapi jika dia datang membawa keburukan,
kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri ".
Rasulullah SAW memberi isyarat agar
Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah
segera menemui Umar, dan membawanya
menemui Rasulullah SAW. Berikutnya
Rasulullah SAW memegang baju dan gagang
pedangnya, lalu ditariknya dengan keras,
seraya berkata:
"Engkau wahai Umar, akankah engkau terus
begini sampai kehinaan dan adzab Allah
diturunakan kepadamu sebagaimana yang
dialami oleh Walid bin Mughirah?, Ya Allah
inilah Umar bin Khattab, Ya Allah,
kokohkanlah Islam dengan Umar bin
Khattab ".
Maka berkatalah Umar:
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang
disembah selain Allah, dan Engkau adalah
Rasulullah.
Kesaksian Umar tersebut disambut gema
takbir oleh orang-orang yang berada di
dalam rumah saat itu, hingga suaranya
terdengar ke Masjidil-Haram.
Masuk Islamnya Umar menimbulkan
kegemparan di kalangan orang-orang
musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh
kaum muslimin.
-
Kisah masuk Islamnya Umar bin Khattab,
saya baca ketika saya kelas 1 SMP. Ketika
itu, saya sedang iseng, dan main ke
perpustakaan sekolah. Saya mendapatkan
salah satu buku tipis .. tentang Umar bin
Khattab san saya membacanya lembar demi
lembar. Pada bagian ini sungguh saya
merasa sangat tergugah ... sehingga tampak
terasa saya sempat meneteskan air mata ..
Kenapa? Saya pun tidak tahu sebabnya.
Karena saya kesulitan mencari buku itu,
tepatnya saya lupa, maka saya cuplikan
tulisan di atas dari salah satu situs di
(Terimakasih pada penulisnya):
http://rinalbella-rinal.blogspot.com/2009/09/
kisah-masuk-islam-nya-umar-bin-
khattab.html
 

Salahuddin Al-Ayyubi


Salahuddin Al-Ayyubi



Sultan Mesir dan Syria
Lukisan artistik Shalahuddin
Waktu
kekuasaan
1174 M. - 4 Maret - 1193
M.
Dinobatkan 1174 M.
Nama
lengkap
Salah al-Din Yusuf Ibn
Ayyub
Pemakaman Masjid Umayyah,
Damaskus, Suriah
Pendahulu Nuruddin Zengi
Pengganti Al-Aziz
Dinasti Ayyubiyyah
Ayah Najmuddin Ayyub
Untuk penggunaan lain dari Salahuddin, lihat
Sultan Salahuddin.
Salahuddin Ayyubi atau Saladin atau
Salah ad-Din (Bahasa Arab: صلاح الدين
الأيوبي, Kurdi: صلاح الدین ایوبی) (Sho-lah-huud-
din al-ay-yu-bi) (c. 1138 - 4 Maret 1193)
adalah seorang jendral dan pejuang
muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak
saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah
di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak,
Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr. Salahuddin
terkenal di dunia Muslim dan Kristen
karena kepemimpinan, kekuatan militer,
dan sifatnya yang ksatria dan pengampun
pada saat ia berperang melawan tentara
salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga
adalah seorang ulama. Ia memberikan
catatan kaki dan berbagai macam
penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud
Latar belakang
Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari
bangsa Kurdi. [1] Ayahnya Najmuddin
Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh
hijrah (migrasi) meninggalkan kampung
halamannya dekat Danau Fan dan pindah
ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di
benteng Tikrit, Irak tahun 532 H / 1137 M,
ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk
di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun
pamannya mengabdi kepada Imaduddin
Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul,
Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut
wilayah Balbek, Lebanon tahun 534
H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah
Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur
Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja
Suriah Nuruddin Mahmud. Selama di
Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa
mudanya dengan menekuni teknik perang,
strategi, maupun politik. Setelah itu,
Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di
Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni
selama sepuluh tahun, dalam lingkungan
istana Nuruddin. Pada tahun 1169,
Shalahudin diangkat menjadi seorang
wazir (konselor).
Di sana, dia mewarisi peranan sulit
mempertahankan Mesir melawan
penyerbuan dari Kerajaan Latin Yerusalem
di bawah pimpinan Amalrik I. Posisi ia
awalnya menegangkan. Tidak ada
seorangpun menyangka dia bisa bertahan
lama di Mesir yang pada saat itu banyak
mengalami perubahan pemerintahan di
beberapa tahun belakangan oleh karena
silsilah panjang anak khalifah mendapat
perlawanan dari wazirnya. Sebagai
pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga
tidak memiliki kontrol dari Prajurit Shiah
Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang
tidak diketahui atau seorang Khalifah
yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang
Khalifah meninggal bulan September
1171, Saladin mendapat pengumuman
Imam dengan nama Al-Mustadi, kaum
Sunni, dan yang paling penting, Abbasid
Khalifah di Baghdad, ketika upacara
sebelum Salat Jumat, dan kekuatan
kewenangan dengan mudah memecat
garis keturunan lama. Sekarang Saladin
menguasai Mesir, tapi secara resmi
bertindak sebagai wakil dari Nuruddin,
yang sesuai dengan adat kebiasaan
mengenal Khalifah dari Abbasid. Saladin
merevitalisasi perekonomian Mesir,
mengorganisir ulang kekuatan militer, dan
mengikuti nasihat ayahnya, menghindari
konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya
yang resmi, sesudah dia menjadi
pemimpin asli Mesir. Dia menunggu
sampai kematian Nuruddin sebelum
memulai beberapa tindakan militer yang
serius: Pertama melawan wilayah Muslim
yang lebih kecil, lalu mengarahkan mereka
melawan para prajurit salib.
Timur Tengah (1190 M.). Wilayah
kekuasaan Shalahuddin (warna merah);
Wilayah yang direbut kembali dari
pasukan salib 1187-1189 (warna merah
muda). Warna hijau terang menandakan
wilayah pasukan salib yang masih
bertahan sampai meninggalnya
Shalahuddin
Dengan kematian Nuruddin (1174) dia
menerima gelar Sultan di Mesir. Disana
dia memproklamasikan kemerdekaan dari
kaum Seljuk, dan dia terbukti sebagai
penemu dari dinasti Ayyubid dan
mengembalikan ajaran Sunni ke Mesir. Dia
memperlebar wilayah dia ke sebelah barat
di maghreb, dan ketika paman dia pergi
ke Nil untuk mendamaikan beberapa
pemberontakan dari bekas pendukung
Fatimid, ia lalu melanjutkan ke Laut
Merah untuk menaklukan Yaman. Dia juga
disebut Waliullah yang artinya teman Allah
bagi kaum muslim Sunni.
Aun 559-564 H / 1164-1168 M. Sejak itu
Asaduddin, pamannya diangkat menjadi
Perdana Menteri Khilafah Fathimiyah.
Setelah pamnnya meninggal, departemen
Perdana Menteri dipercayakan Khalifah
kepada Shalahuddin Al-Ayyubi.
Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil
mematahkan serangan Tentara Salib dan
pasukan Romawi Bizantium yang
meluncurkan Perang Salib kedua terhadap
Mesir. Sultan Nuruddin memerintahkan
Shalahuddin mengambil kekuasaan dari
tangan Khilafah Fathimiyah dan
mengembalikan kepada Khilafah
Abbasiyah di Baghdad mulai tahun 567
H/1171 M (September). Setelah Khalifah
Al-'Adid, khalifah Fathimiyah terakhir
meninggal maka kekuasaan sepenuhnya di
tangan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Sultan Nuruddin meninggal tahun 659
H/1174 M, Damaskus diserahkan kepada
putranya yang masih kecil Sultan Salih
Ismail didampingi seorang wali. Dibawah
seorang wali terjadi perebutan kekuasaan
di antara putra-putra Nuruddin dan
wilayah kekuasaan Nurruddin menjadi
terpecah-pecah. Shalahuddin Al-Ayyubi
pergi ke Damaskus untuk membereskan
situasi, tetapi ia mendapat perlawanan
dari pengikut Nuruddin yang tidak
menginginkan persatuan. Akhirnya
Shalahuddin Al-Ayyubi melawannya dan
menyatakan diri sebagai raja untuk wilayah
Mesir dan Syam pada tahun 571 H/1176
M dan berhasil memperluas wilayahnya
sampai Mousul, Irak bagian utara.
Naik ke kekuasaan
Di kemudian hari Saladin menjadi wazir
pada 1169, dan menerima tugas sulit
mempertahankan Mesir dari serangan Raja
Latin Yerusalem, khususnya Amalric I.
Posisinya cukup sulit pada awalnya,
sedikit orang yang beranggapan ia akan
berada cukup lama di Mesir mengingat
sebelumnya telah banyak terjadi
pergantian pergantian kekuasaan dalam
beberapa tahun terakhir disebabkan
bentrok yang terjadi antar anak-anak
Kalifah untuk posisi wazir. Sebagai
pemimpin dari pasukan asing Suriah, dia
juga tidak memiliki kekuasaan atas
pasukan Syi'ah Mesir yang masih berada
di bawah Khalifah yang lemah, Al-Adid.
Lihat pula
Kingdom of Heaven
Raja Richard I dari Inggris
Guy dari Lusignan
Nuruddin
Referensi
1. ^ Ibn Khallikan says that Saladin s
father and his family originated from Dvin,
and "they were Kurds." See Vladimir
Minorsky, The Prehistory of Saladin,
Studies in Kaukasia History, Cambridge
University Press, 1957, pp. 124-132.
Alan K. Bowman, Egypt After the
Pharaohs: 1986
Pranala luar
Shalahuddin Al Ayyubi, Pahlawan Islam
dari Seratus Medan Pertempuran (1137 -
1193 M)
Salah-ad-Din
Saladin
Saladin: several links
 

Sejarah Perang Salib menurut IslamPOS

Perang Salib; Bagaimana
Permulaan & Akhirnya



Rabu 25 Rabiulawal 1434 / 6 Februari
2013 15:56
SAMPAI abad ke-11 M, di bawah
pemerintahan kaum Muslimin, Palestina
merupakan kawasan yang tertib dan
damai. Orang-orang Yahudi, Nasrani, dan
Islam hidup bersama. Kondisi ini tercipta
sejak masa Khalifah Umar bin Khattab
(638 M) yang berhasil merebut daerah ini
dari kekaisaran Byzantium (Romawi Timur).
Namun kedamaian itu seolah lenyap
ditelan bumi begitu Tentara Salib datang
melakukan invasi.
Ceritanya bermula ketika orang-orang
kekhalifahan Turki Utsmani merebut
Anatolia (Asia Kecil, sekarang termasuk
wilayah Turki) dari kekuasaan Alexius I.
Petinggi kaum Kristen itu segera minta
tolong kepada Paus Urbanus II, guna
merebut kembali wilayah itu dari
cengkeraman kaum yang mereka sebut
“orang kafir”.
Paus Urbanus II segera memutuskan untuk
mengadakan ekspedisi besar-besaran
yang ambisius (27 November 1095). Tekad
itu makin membara setelah Paus menerima
laporan bahwa Khalifah Abdul Hakim-yang
menguasai Palestina saat itu-menaikkan
pajak ziarah ke Palestina bagi orang-
orang Kristen Eropa. “Ini perampokan!
Oleh karena itu, tanah suci Palestina harus
direbut kembali,” kata Paus.
Perang melawan kaum Muslimin
diumumkan secara resmi pada tahun 1096
oleh Takhta Suci Roma. Paus juga
mengirim surat ke semua raja di seluruh
Eropa untuk ikut serta. Mereka dijanjikan
kejayaan, kesejahteraan, emas, dan tanah
di Palestina, serta surga bagi para ksatria
yang mau berperang.
Paus juga meminta anggota Konsili
Clermont di Prancis Selatan-terdiri atas
para uskup, kepala biara, bangsawan,
ksatria, dan rakyat sipil-untuk memberikan
bantuan. Paus menyerukan agar bangsa
Eropa yang bertikai segera bersatu padu
untuk mengambil alih tanah suci Palestina.
Hadirin menjawab dengan antusias, “Deus
Vult!” (Tuhan menghendakinya!)
Dari pertemuan terbuka itu ditetapkan juga
bahwa mereka akan pergi perang dengan
memakai salib di pundak dan baju. Dari
sinilah bermula sebutan Perang Salib
(Crusade). Paus sendiri menyatakan
ekspedisi ini sebagai “Perang Demi Salib”
untuk merebut tanah suci.
Mobilisasi massa Paus menghasilkan
sekitar 100.000 serdadu siap tempur.
Anak-anak muda, bangsawan, petani,
kaya dan miskin memenuhi panggilan
Paus. Peter The Hermit dan Walter
memimpin kaum miskin dan petani. Namun
mereka dihancurkan oleh Pasukan Turki
suku Seljuk di medan pertempuran
Anatolia ketika perjalanan menuju Baitul
Maqdis (Yerusalem).
Tentara Salib yang utama berasal dari
Prancis, Jerman, dan Normandia (Prancis
Selatan). Mereka dikomandani oleh
Godfrey dan Raymond (dari Prancis),
Bohemond dan Tancred (keduanya orang
Normandia), dan Robert Baldwin dari
Flanders (Belgia). Pasukan ini berhasil
menaklukkan kaum Muslimin di medan
perang Antakiyah (Syria) pada tanggal 3
Juni 1098.
Sepanjang perjalanan menuju Palestina,
Tentara Salib membantai orang-orang
Islam. Tentara Jerman juga membunuhi
orang-orang Yahudi. Rombongan besar ini
akhirnya sampai di Baitul Maqdis pada
tahun 1099. Mereka langsung melancarkan
pengepungan, dan tak lupa melakukan
pembantaian. Sekitar lima minggu
kemudian, tepatnya 15 Juli 1099, mereka
berhasil merebut Baitul Maqdis dari tangan
kaum Muslimin. Kota ini akhirnya dijadikan
ibukota Kerajaan Katolik yang terbentang
dari Palestina hingga Antakiyah.
Sejarawan Inggris, Karen Armstrong,
menggambarkan, pada tanggal 2 Oktober
1187, Shalahuddin Al Ayyubi dan
tentaranya memasuki Baitul Maqdis
sebagai penakluk yang berpegang teguh
pada ajaran Islam yang mulia. Tidak ada
dendam untuk membalas pembantaian
tahun 1099, seperti yang dianjurkan Al-
Qur`an dalam surat An-Nahl ayat 127:
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan
tiadalah kesabaran itu melainkan dengan
pertolongan Allah dan janganlah kamu
bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka
dan janganlah kamu bersempit dada
terhadap apa yang mereka tipu dayakan.”
Permusuhan dihentikan dan Shalahuddin
menghentikan pembunuhan. Ini sesuai
dengan firman dalam Al-Qur`an: “Dan
perangilah mereka sehingga tidak ada
fitnah lagi dan agama itu hanya untuk
Allah. Jika mereka berhenti (memusuhi
kamu), maka tidak ada permusuhan lagi,
kecuali terhadap orang-orang yang
zhalim.” (Al-Baqarah: 193)
Tak ada satu orang Kristen pun yang
dibunuh dan tidak ada perampasan.
Jumlah tebusan pun disengaja sangat
rendah. Shalahuddin bahkan menangis
tersedu-sedu karena keadaan
mengenaskan keluarga-keluarga yang
hancur terpecah-belah. Ia membebaskan
banyak tawanan, meskipun menyebabkan
keputusasaan bendaharawan negaranya
yang telah lama menderita. Saudara
lelakinya, Al-Malik Al-Adil bin Ayyub, juga
sedih melihat penderitaan para tawanan
sehingga dia meminta Salahuddin untuk
membawa seribu orang di antara mereka
dan membebaskannya saat itu juga.
Beberapa pemimpin Muslim sempat
tersinggung karena orang-orang Kristen
kaya melarikan diri dengan membawa
harta benda, yang sebenarnya bisa
digunakan untuk menebus semua tawanan.
[Uskup] Heraclius membayar tebusan
dirinya sebesar sepuluh dinar seperti
halnya tawanan lain, dan bahkan diberi
pengawal pribadi untuk mempertahankan
keselamatan harta bendanya selama
perjalanan ke Tyre (Libanon).
Shalahuddin meminta agar semua orang
Nasrani Latin (Katolik) meninggalkan Baitul
Maqdis. Sementara kalangan Nasrani
Ortodoks–bukan bagian dari Tentara
Salib-tetap dibiarkan tinggal dan
beribadah di kawasan itu.
Kaum Salib segera mendatangkan bala
bantuan dari Eropa. Datanglah pasukan
besar di bawah komando Phillip Augustus
dan Richard “Si Hati Singa”.
Pada tahun 1194, Richard yang
digambarkan sebagai seorang pahlawan
dalam sejarah Inggris, memerintahkan
untuk menghukum mati 3000 orang Islam,
yang kebanyakan di antaranya wanita-
wanita dan anak-anak. Tragedi ini
berlangsung di Kastil Acre. Meskipun
orang-orang Islam menyaksikan
kekejaman ini, mereka tidak pernah
memilih cara yang sama.
Suatu hari, Richard sakit keras.
Mendengar kabar itu, Shalahuddin secara
sembunyi-sembunyi berusaha
mendatanginya. Ia mengendap-endap ke
tenda Richard. Begitu tiba, bukannya
membunuh, malah dengan ilmu kedokteran
yang hebat Shalahudin mengobati Richard
hingga akhirnya sembuh.
Richard terkesan dengan kebesaran hati
Shalahuddin. Ia pun menawarkan damai
dan berjanji akan menarik mundur pasukan
Kristen pulang ke Eropa. Mereka pun
menandatangani perjanjian damai (1197).
Dalam perjanjian itu, Shalahuddin
membebaskan orang Kristen untuk
mengunjungi Palestina, asal mereka
datang dengan damai dan tidak membawa
senjata. Selama delapan abad berikutnya,
Palestina berada di bawah kendali kaum
Muslimin.
***
Perang Salib IV berlangsung tahun 1204.
Bukan antara Islam dan Kristen, melainkan
antara Takhta Suci Katolik Roma dengan
Takhta Kristen Ortodoks Romawi Timur di
Konstantinopel (sekarang Istambul, Turki).
Pada Perang Salib V berlangsung tahun
1218-1221. Orang-orang Kristen yang
sudah bersatu berusaha menaklukkan
Mesir yang merupakan pintu masuk ke
Palestina. Tapi upaya ini gagal total.
Kaisar Jerman, Frederick II (1194-1250),
mengobarkan Perang Salib VI, tapi tanpa
pertempuran yang berarti. Ia lebih memilih
berdialog dengan Sultan Mesir, Malik Al-
Kamil, yang juga keponakan Shalahuddin.
Dicapailah Kesepakatan Jaffa. Isinya,
Baitul Maqdis tetap dikuasai oleh Muslim,
tapi Betlehem (kota kelahiran Nabi Isa
‘alaihis-salaam) dan Nazareth (kota
tempat Nabi Isa dibesarkan) dikuasai
orang Eropa-Kristen.
Dua Perang Salib terakhir (VII dan VIII)
dikobarkan oleh Raja Prancis, Louis IX
(1215-1270). Tahun 1248 Louis menyerbu
Mesir tapi gagal dan ia menjadi tawanan.
Prancis perlu menebus dengan emas yang
sangat banyak untuk membebaskannya.
Tahun 1270 Louis mencoba membalas
kekalahan itu dengan menyerang Tunisia.
Namun pasukannya berhasil dikalahkan
Sultan Dinasti Mamaluk, Bibars. Louis
meninggal di medan perang.
Sampai di sini periode Perang Salib
berakhir. Namun, beberapa sejarawan
Katholik menganggap bahwa penaklukan
Konstantinopel oleh Sultan Muhammad II
Al-Fatih dari Turki (1453) juga sebagai
Perang Salib. Penaklukan Islam oleh Ratu
Spanyol, Isabella (1492), juga dianggap
Perang Salib. [sumber: globalkhilafah]
 

APLIKASI KASIR DENGAN VISUAL BASIC 2010



MEMBUAT APLIKASI KASIR DENGAN VISUAL BASIC 2010
                Kali ini kita akan membuat aplikasi kasir dengan Visual Basic 2010. Buka program visual basic 2010, pilih pada Start page pilih New Project, pilih Windows Form Application. Sesuaikan ukuran form awal seperti gambar berikut atau sesuai keinginan Anda.

                Dari form yang masih kosong di atas, sesuaikan sehingga terbentuk form seperti di bawah ini. Gunakan tool yang ada di toolbox untuk memodifikasinya

                Keterangan :
1.       Label
2.       Combobox
3.       Picturebox
4.       Button
5.       Datagridview
6.       Textbox
                Untuk memberikan perintah pada form dan tool – tool tersebut masukkan listing berikut :
Public Class Form1
   
    Private Sub ComboBox1_SelectedIndexChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles ComboBox1.SelectedIndexChanged
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Sepakbola") Then TextBox1.Text = ("250000")
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Sepakbola") Then PictureBox1.Visible = True
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Sepakbola") Then PictureBox2.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Sepakbola") Then PictureBox3.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Sepakbola") Then PictureBox4.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Sepakbola") Then PictureBox5.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Basket") Then TextBox1.Text = ("300000")
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Basket") Then PictureBox1.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Basket") Then PictureBox2.Visible = True
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Basket") Then PictureBox3.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Basket") Then PictureBox4.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Basket") Then PictureBox5.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Lari") Then TextBox1.Text = ("500000")
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Lari") Then PictureBox1.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Lari") Then PictureBox2.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Lari") Then PictureBox3.Visible = True
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Lari") Then PictureBox4.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Lari") Then PictureBox5.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Tennis") Then TextBox1.Text = ("350000")
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Tennis") Then PictureBox1.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Tennis") Then PictureBox2.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Tennis") Then PictureBox3.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Tennis") Then PictureBox4.Visible = True
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Tennis") Then PictureBox5.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Bowling") Then TextBox1.Text = ("400000")
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Bowling") Then PictureBox1.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Bowling") Then PictureBox2.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Bowling") Then PictureBox3.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Bowling") Then PictureBox4.Visible = False
        If ComboBox1.Text = ("Sepatu Bowling") Then PictureBox5.Visible = True
    End Sub
    Private Sub Button3_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Button3.Click
        ComboBox1.Text = ""
        TextBox1.Text = ""
        TextBox2.Text = ""
        TextBox3.Text = ""
        TextBox4.Text = ""
        TextBox5.Text = ""
        PictureBox1.Visible = False
        PictureBox2.Visible = False
        PictureBox3.Visible = False
        PictureBox4.Visible = False
        PictureBox5.Visible = False
    End Sub
    Private Sub Button1_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Button1.Click
        Dim Diskon As Double
        Dim Total As Double
        Dim Harga As Integer
        Dim Jumlah As Integer
        Dim Bayar As Integer
        Harga = Val(TextBox1.Text)
        Jumlah = Val(TextBox5.Text)
        Diskon = Val(TextBox6.Text)
        Diskon = (Harga * Jumlah * Diskon) / 100
        Total = ((Harga * Jumlah) - Diskon)
        Bayar = Val(TextBox3.Text)
        TextBox2.Text = Total
    End Sub
    Private Sub Button2_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Button2.Click
        Dim Diskon As Double
        Dim Total As Double
        Dim Harga As Integer
        Dim Jumlah As Integer
        Dim Bayar As Integer
        Harga = Val(TextBox1.Text)
        Jumlah = Val(TextBox5.Text)
        Diskon = Val(TextBox6.Text)
        Diskon = (Harga * Jumlah * Diskon) / 100
        Total = ((Harga * Jumlah) - Diskon)
        Bayar = Val(TextBox3.Text)
        TextBox2.Text = Total
        TextBox4.Text = Val(TextBox3.Text) - Val(TextBox2.Text)
        If TextBox4.Text < 0 Then MsgBox("Maaf Uang Anda Tidak Cukup")
        If TextBox4.Text < 0 Then TextBox4.Text = ""
    End Sub
    Private Sub Button4_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Button4.Click
        MsgBox("Terimakash Sudah Membeli Produk Kami")
        Close()
    End Sub
    Private Sub Form1_Load(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles MyBase.Load
        Me.Text = "SPORT SHOES"
    End Sub
    Private Sub TextBox5_TextChanged(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles TextBox5.TextChanged
        If Val(TextBox5.Text) >= ("1") And Val(TextBox5.Text) <= ("2") Then TextBox6.Text = ("0")
        If Val(TextBox5.Text) >= ("3") And Val(TextBox5.Text) <= ("5") Then TextBox6.Text = ("25")
        If Val(TextBox5.Text) >= ("6") And Val(TextBox5.Text) <= ("10") Then TextBox6.Text = ("50")
        If Val(TextBox5.Text) >= ("11") Then TextBox6.Text = ("75")
    End Sub
    Private Sub Button5_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Button5.Click
        With Me.DataGridView1.Rows.Add(Me.ComboBox1.Text, Me.TextBox1.Text, Me.TextBox5.Text, Me.TextBox6.Text, Me.TextBox2.Text, Me.TextBox3.Text, Me.TextBox4.Text)
        End With
        ComboBox1.Text = ""
        TextBox1.Text = ""
        TextBox2.Text = ""
        TextBox3.Text = ""
        TextBox4.Text = ""
        TextBox5.Text = ""
        PictureBox1.Visible = False
        PictureBox2.Visible = False
        PictureBox3.Visible = False
        PictureBox4.Visible = False
        PictureBox5.Visible = False
    End Sub
End Class

oleh:http://ti36ieundip2012.blogspot.com/2012/11/tutorial-membuat-mesin-kasir.html
 

jcreator ( Program AVLT )

jcreator 2

 AVLT


class node {
    int data;
    int tinggi;
    node pkiri;
    node pkanan;
    node pinduk;
   

    public node (int dt, int tg, node pki, node pka, node pi) {
        this.data= dt;
        this.tinggi=tg;
        this.pkiri=pki;
        this.pkanan=pka;
        this.pinduk=pi;
    }
}
public class  AVLT {
    private node root;
   
    public AVLT() {root=null;}
   


    public boolean cariDt(int dt){
        node temp=root;
       
        while(temp !=null) {
            if(dt==temp.data) return true;
           
            else if(dt< temp.data) temp=temp.pkiri;
           
            else temp=temp.pkanan;           
        }

        return false;
    }



    public boolean sisipdt(int dt) {
        if (root==null) {

            root=new node(dt,1,null,null,null);
            return true;
        }

        else {

            node temp=root;
            node prev=null;
           

            while(temp !=null) {
                if(dt== temp.data)return false;
               
                else if (dt< temp.data){
                    prev=temp;
                        temp=temp.pkiri;
                }

                else{
        prev=temp;
                    temp=temp.pkanan;
                }
            }
           
            temp=new node(dt,1,null,null,prev);
           
            if(dt< prev.data) prev.pkiri=temp;
            prev.pkanan=temp;
           
           
            while(temp !=null) {
               
                if(Math.abs(tinggi(temp.pkiri)-tinggi(temp.pkanan))<=1){
           
                    temp.tinggi=Math.max(tinggi(temp.pkiri),tinggi(temp.pkanan))+1;
           
                }
           
                else if(tinggi(temp.pkiri)-tinggi(temp.pkanan)>=2&& tinggi(temp.pkiri.pkiri)>=tinggi(temp.pkiri.pkanan))
           
           
           
                {   
            node parent= temp.pinduk;
            node pkiri= temp.pkiri;
            temp.pkiri=pkiri.pkanan;
            if(temp.pkiri !=null) temp.pkiri.pinduk=temp;
           
            pkiri.pkanan=temp;
            temp.pinduk=pkiri;
           
            pkiri.pinduk=parent;
            if(parent==null) root=pkiri;
            else if(parent.pkiri==temp)parent.pkiri=pkiri;
            else parent.pkanan=pkiri;
           
           
            temp.tinggi=Math.max(tinggi(temp.pkiri),tinggi(temp.pkanan))+1;
           
           
            temp = pkiri;
           
            temp.tinggi=Math.max(tinggi(temp.pkiri),tinggi(temp.pkanan))+1;
           
        }
        //case 2 algoritma AVl
        else if(tinggi(temp.pkanan)-tinggi(temp.pkiri)>=2 && tinggi(temp.pkanan.pkanan)>= tinggi(temp.pkanan.pkiri))
       
       
       
        {
            node parent= temp.pinduk;
            node pkanan=temp.pkanan;
           
            temp.pkanan=pkanan.pkiri;
            if (temp.pkanan !=null) temp.pkanan.pinduk=temp;
           
            pkanan.pkiri=temp;
            temp.pinduk=pkanan;
           
            pkanan.pinduk=parent;
            if (parent == null) root=pkanan;
            else if(parent.pkanan==temp)
                parent.pkanan=pkanan;
                else parent.pkiri=pkanan;
               
       
                temp.tinggi=Math.max(tinggi(temp.pkiri),tinggi(temp.pkanan))+1;
               
       
                temp=pkanan;
               
                temp.tinggi=Math.max(tinggi(temp.pkiri),tinggi(temp.pkanan)) +1;
           
           
        }
       
        else if(tinggi(temp.pkiri)-tinggi(temp.pkanan)>=2&& tinggi(temp.pkiri.pkanan)>= tinggi(temp.pkiri.pkiri))
       
       
       
        {
            node parent=temp.pinduk;
            node pkiripkanan=temp.pkiri.pkanan;
            temp.pkiri.pkanan=pkiripkanan.pkiri;
            if(temp.pkiri.pkanan !=null)
                temp.pkiri.pkanan.pinduk=temp.pkiri;
               
                pkiripkanan.pkiri=temp.pkiri;
                temp.pkiri.pinduk=pkiripkanan;
               
                temp.pkiri=pkiripkanan.pkanan;
                if(temp.pkiri !=null) temp.pkiri.pinduk=temp;
               
                pkiripkanan.pkanan=temp;
                temp.pinduk=pkiripkanan;
               
                pkiripkanan.pinduk=parent;
                if(parent==null) root=pkiripkanan;
                else if (parent.pkiri==temp)
                    parent.pkiri=pkiripkanan;
                    else parent.pkanan=pkiripkanan;
                   
       
                    temp.tinggi=Math.max(tinggi(temp.pkiri),tinggi(temp.pkanan))+1;
                   
       
                    temp=pkiripkanan;
       
                   
                    temp.tinggi=Math.max(tinggi(temp.pkiri),tinggi(temp.pkanan))+1;
                   
        }
       
        else if (tinggi(temp.pkanan)-tinggi(temp.pkiri)>=2&& tinggi(temp.pkanan.pkiri)>= tinggi(temp.pkanan.pkanan))
       
       
       
        {
            node parent=temp.pinduk;
            node pkananpkiri=temp.pkanan.pkiri;
           
            temp.pkanan.pkiri=pkananpkiri.pkanan;
            if(temp.pkanan.pkiri!=null)
                temp.pkanan.pkiri.pinduk=temp.pkanan;
               
                pkananpkiri.pkanan=temp.pkanan;
                temp.pkanan.pinduk=pkananpkiri;
               
                temp.pkanan=pkananpkiri.pkiri;
                if(temp.pkanan !=null)temp.pkanan.pinduk=temp;
               
                pkananpkiri.pkiri=temp;
                temp.pinduk=pkananpkiri;
               
                pkananpkiri.pinduk=parent;
                if(parent==null) root=pkananpkiri;
                else if(parent.pkanan==temp)
    parent.pkanan=pkananpkiri;
else parent.pkiri=pkananpkiri;
                   
                    temp.tinggi=Math.max(tinggi(temp.pkiri),tinggi(temp.pkanan)) +1;
                   
                   
                    temp=pkananpkiri;
                   
                    temp.tinggi=Math.max(tinggi(temp.pkiri),tinggi(temp.pkanan)) +1;
                   
        }
        temp=temp.pinduk;
    }
   
    return true;
    }
}
public int tinggi() {return root.tinggi;}
private int tinggi(node Node){
    if(Node==null) return 0;
    else return Node.tinggi;
}

public int jumlahnode(){
    return jumlahnode(root);
}

public void inordertraversal(){
    inorder(root);
}

private void inorder(node r) {
    if (r == null) return ;
    inorder(r.pkiri);
    System.out.printf("-%d",r.data);
    inorder(r.pkanan);
}

private int jumlahnode(node Node){
    if(Node==null)return 0;
    else
        return 1+jumlahnode(Node.pkiri)+jumlahnode(Node.pkanan);
       
}

public static void main (String[] args) {
    AVLT t=new AVLT();
    t.sisipdt(3);t.inordertraversal();System.out.println();
    t.sisipdt(4);t.inordertraversal();System.out.println();
    t.sisipdt(6);t.inordertraversal();System.out.println();
    t.sisipdt(5);t.inordertraversal();System.out.println();
    t.sisipdt(15);t.inordertraversal();System.out.println();
    t.sisipdt(10);t.inordertraversal();System.out.println();
    t.sisipdt(20);t.inordertraversal();System.out.println();
    t.sisipdt(17);t.inordertraversal();System.out.println();
    t.sisipdt(25);t.inordertraversal();System.out.println();
}                  
}

=======================================================================
TREE



import java.util.Random;

class node {
int data;
node nodekiri;
node nodekanan;
    public node(int dt) {
        data = dt;
        nodekiri= nodekanan=null;
    }
    public void sisipDt(int dtsisip) {
        if (dtsisip<data) {
            if (nodekiri==null)
                nodekiri=new node(dtsisip);
                else nodekiri.sisipDt(dtsisip);
        }
        else if(dtsisip>data){
            if(nodekanan==null)
                nodekanan=new node(dtsisip);
                else nodekanan.sisipDt(dtsisip);
        }
    }
}
 public class tree {
    private node root;
   
    public tree() {
        root=null;
    }
    public void sisipDtNode(int dtsisip) {
        if (root==null)
            root=new node(dtsisip);
            else
                root.sisipDt(dtsisip);
    }
    public void preorderTraversal(){
        preorder(root);
    }
    private void preorder(node Node) {
        if(Node ==null)return ;
       
        System.out.printf("%d ", Node.data);
        preorder(Node.nodekiri);
        preorder(Node.nodekanan);
    }
    public void inorderTraversal() {
        inorder(root);
    }
    private void inorder(node Node){
        if (Node==null) return ;
        inorder(Node.nodekiri);
        System.out.printf("%d ",Node.data);
        inorder(Node.nodekanan);
    }
    public void postorderTraversal() {
        postorder(root);
    }
    private void postorder(node Node){
        if(Node==null)return ;
       
        postorder(Node.nodekiri);
        postorder(Node.nodekanan);
        System.out.printf("%d ",Node.data);
    }
    public static void main (String[] args) {
        tree tree=new tree();
        int nilai;
        Random Randomnumber=new Random();
       
        System.out.println("sisip nilai data berikut: ");
       
        //sisipDt 10 bilanga acak dari 0-99 ke dalam tree
        for (int i=1; i<=10; i++) {
            nilai = Randomnumber.nextInt(100);
            System.out.print(nilai+ " ");
            tree.sisipDtNode(nilai);
        }
        System.out.println("\n\npreorder traversal");
        tree.preorderTraversal();
       
        System.out.println("n\ninorder traversal");
        tree.inorderTraversal();
       
        System.out.println("n\npostorder traversal ");
        tree.postorderTraversal();
        System.out.println();
       
                       }
                      
}


=========================================================================
GRAPH


public class graph {
    private class node{
        private int data;
        private node next;
       
    public node (int dt, node n) {
        data = dt;
        next= n;
       
    }
    public int getDt() {return data;}
    public node getnext() {return next;}
    }
    private node []Node;
    private int jnode;
   
    public graph (int n) {
        jnode=n;
        Node=new node[jnode];
        for(int i=0; i<jnode; i++)Node[i]=null;
    }
    public void addAdj(int head, int adj){
        node n=new node(adj,Node[head]);
        Node[head]=n;
    }
    public void cetak(){
        for(int i=0; i<jnode; i++){
            System.out.println("["+i+"]");
            node n=Node[i];
            while (n!=null){
                System.out.print("->"+n.getDt());
                n=n.getnext();
               
            }
            System.out.println();
        }
    }
public static void main (String[] args) {
    graph g=new graph(5);
    g.addAdj(0,3);
    g.addAdj(0,1);
    g.addAdj(1,4);
    g.addAdj(1,2);
    g.addAdj(2,4);
    g.addAdj(2,1);
    g.addAdj(4,3);
    g.cetak();
}
}